Penelitian
Dan Penelitian Agama
Penelitian (Research) adalah upaya sistematis dan objektif untuk mempelajari suatu masalah dan
menemukan prinsip-prinsip umum. Selain itu, penelitian juga berarti upaya
pengumpulan informasi yang bertujuan untuk menambah pengetahuan. Pengetahuan
manusia tumbuh dan berkembang berdasarkan kajian-kajian sehingga
terdapat penemuan-penemuan, sehingga ia siap merevisi pengetahuan-pengetahuan
masa lalu melalui penemuan-penemuan baru.
Penelitian itu sendiri dipandang sebagai
kegiatan ilmiah karena menggunakan metode keilmuan. Sedangkan metode ilmiah
sendiri adalah usaha untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan
menggunakan kesangsian sistematis.
Sedangkan penelitian agama sendiri
menjadikan agama sebagai objek penelitian yang sudah lama diperdebatkan. Harun
nasution menunjukkan pendapat yang menyatakan bahwa agama, karena merupakan
wahyu, tidak dapat menjadi sasaran penelitian ilmu sosial, dan kalaupun dapat
dilakukan, harus menggunakan metode khusus yang berbeda dengan metode ilmu
sosial.
Ajaran dasar agama, karena merupakan wahyu
dari tuhan, bersifat absolut, mutlak benar, kekal, tidak berubah dan tidak bisa
diubah. Sedangkan penjelasan ahli agama terhadap ajaran dasar agama, karena
hanya merupakan penjelasan dan hasil pemikiran, tidak absolut, tidak mutlak
benar, dan tidak kekal. Bentuk ajaran agama yang kedua ini bersifat relatif,
nisbi, berubah, dan dapat diubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Para ilmuwan sendiri beranggapan bahwa
agama juga merupakan objek kajian atau penelitian, karena agama merupakan
bagian dari kehidupan sosial kultural. Jadi, penelitian agama bukanlah meneliti
hakikat agama dalam arti wahyu, melainkan meneliti manusia yang menghayati,
meyakini, dan memperoleh pengaruh dari agama. Dengan kata lain, penelitian
agama bukan meneliti kebenaran teologi atau filosofi tetapi bagaimana agama itu
ada dalam kebudayaan dan sistem sosial berdasarkan fakta atau realitas
sosial-kultural. Jadi, kata Ahmad Syafi’i Mufid, kita tidak mempertentangkan
antara penelitian agama dengan penelitian sosial terhadap agama (Ahmad Syafi’i
mufid dalam Affandi Mochtar). Dengan demikian kedudukan penelitian agama adalah
sejajar dengan penelitian-penelitian lainnya, yang membedakannya hanyalah objek
kajian yang ditelitinya.
Dalam mempermudah peta penelitian agama,
kita dapat memahaminya melalui tabel berikut:
PETA
PENELITIAN KEAGAMAAN
Dengan demikian, agama dalam pengertian
yang kedua, menurut Harun Nasution, dapat dijadikan sebagai objek penelitian
tanpa harus menggunakan metode khusus yang berbeda dengan metode yang lain.
Jadi pendapat
Harun Nasution mengenai penjelasan-penjelasan tentang ajaran-ajaran yang
terdapat dalam kitab-kitab suci oleh para pemuka atau pakar agama membetuk
ajaran agama kelompok kedua bersifat nisbi, relatif dan dapat dirubah sesuai
perkembangan zaman tidak sesuai dengan ajaran islam, sebagai contohnya
Rasulallah menjelaskan tata cara shalat, sedangkan didalam kitab suci tidak
diterangkan tata cara shalat, dan tata cara shalat ini sendiri bersifat qot’i/
tidak bisa dirubah. Kalau menurut Harun Nasution berarti penjelasan-penjelasan
Rasulallah tentang tata cara shalat berarti bersifat nisbi dan dapat
dirubah.
Penelitian
Agama Dan Penelitian Keagamaan
Penelitian keagamaan yang sasarannya agama
sebagai gejala sosial, kita tidak perlu membuat metodologi penelitian
tersendiri. Ia cukup meminjam metodologi penelitian sosial yang telah ada.
Dengan kata
lain bahwa pendapat M. Atho Mudzhar sama dengan pendapat yang dikemukakan Harun
Nasution, kalau penelitian agama sama dengan ajaran agama kelompok pertama dan
penelitian keagamaan sama dengan ajaran agama kelompok kedua menurut Harun
nasution.
Dalam
pandangan Juhaya S. Praja, penelitian agama adalah penelitian tentang asal-usul
agama, dan pemikiran serta pemahaman penganut ajaran agama tersebut terhadap
ajaran yang terkandung didalamnya. Dengan demikian, jelas juhaya, terdapat dua
bidang penelitian agama, yaitu sebagai berikut;
ü
Penelitian tentang sumber ajaran agama
yang telah melahirkan disiplin ilmu tafsir dan ilmu hadist.
ü
Pemikiran dan pemahaman terhadap ajaran
yang terkandung dalam sumber ajaran agama itu.
Sedangkan penelitian hidup keagamaan
adalah penelitian tentang praktik-praktik ajaran agama yang dilakukan oleh
manusia secara individual dan kolektif. Berdasarkan batasan tersebut,
penelitian hidup keagamaan meliputi hal-hal berikut.
ü
Perilaku individu dan hubungannnya
dengan masyarakatnya yang didasarkan atas agama yang dianutnya.
ü
Perilaku masyarakat atau suatu
komunitas, baik perilaku politik, budaya maupun yang lainnya yang
mendefinisikan dirinya sebagai penganut suatu agama.
ü
Ajaran agama yang membentuk pranata
sosial, corak perilaku, dan budaya masyarakat beragama.
Dalam hal
ini, pendapat yang dikemukakan oleh Juhaya S. Praja ada kesamaan dengan
pendapat Harun Nasution dan M. Atho Mudzhar, akan tetapi Juhaya membagi
penelitan agama menjadi dua bidang, yang pada intinya pendapatnya sama dengan
pendapat Harun Nasution tentang ajaran agama kelompok pertama.
Sedangkan
penelitian keagamaan menurut Juhaya adalah penelitian hidup keagamaan, yaitu
penelitian terhadap praktik-praktik ajaran agama yang dilakukan oleh manusia
secara individual dan kolektif.
Model-Model
Penelitian Keagamaan
Adapun model penelitian yang ditampilkan
di sini disesuaikan dengan perbedaan antara penelitian agama dan penelitian
keagamaan. Akan tetapi, disini dikutip karya Djamari mengenai metode sosiologi
dalam kajian agama, yang secara tidak langsung memperlihatkan model-model
penelitian agama melalui pendekatan sosiologis. Djamari, dosen pascasarjana
IKIP Bandung, menjelaskan bahwa kajian sosiologi agama menggunakan metode
ilmiah.
1.Analisis
Sejarah
Dalam hal
ini, sejarah hanya sebagai metode analisis atas dasar pemikiran bahwa sejarah
dapat menyajikan gambaran tentang unsur-unsur yang mendukung timbulnya suatu
lembaga, dan pendekatan sejarah bertujuan untuk menemukan inti karakter agama
dengan meneliti sumber klasik sebelum dicampuri yang lain.
Seperti
halnya agama Islam, sejarah mencatat bahwa ia adalah agama yang diturunkan
melalui Nabiya yaitu Muhammad Saw berdasarkan kitab sucinya yaitu Al-Qur’an
yang ditulis dalam bahasa arab. Islam diturunkan bukan untuk satu bangsa saja
melainkan untuk seluruh bangsa secara universal. Sedangkan agama lain ada yang
hanya diturunkan untuk satu bangsa saja seperti yahudi untuk ras yahudi saja.
Pendekatan
sejarah dalam memahami agama dapat membuktikan apakah agama itu masih tetap
pada orisinalitasnya seperti ketika ia baru muncul atau sudah bergeser jauh
dari prinsip-prinsip utamanya. Bila hal itu dihubungkan dengan agama islam maka
ia dapat dimasukkan pada kategori agama yang bertahan konsisten dengan ajaran
seperti pada masa awalnya.
Menurut ahli perbandingan agama seperti A. Mukti Ali, apabila kita ingin
memahami sebuah agama maka kita harus mengidentifikasi lima aspek yaitu konsep
ketuhanan, pembawa agama atau nabi, kitab suci, sejarah agama, dan tokoh-tokoh
terkemuka agama tersebut.
Perihal
|
Islam
|
Yahudi
|
Nasrani/kristen
|
budha
|
Hindu
|
Asal usul nama tuhan
|
Allah
|
Langsung dari
yudha atau yehuda
|
Dari nama
bangsa (nazaret) dan nama gelar yesus (kristus)
|
Dari nama
tempat gautama
|
Pendirinya
budha hindustan
|
Konsep tuhan
|
Tauhid
|
Asal tauhid
berubah jadi faham chauvinisme
|
Asal tauhid
di ubah jadi trinitas
|
Tidak jelas
|
Trimurti
|
Kitab
|
Al-qur’an
|
Talmud
|
Bibel
|
Tripitakan
|
Wedda
|
Status kitab
|
Asli
|
Tidak asli
|
Buatan paulus
|
Renungan
budha
|
Berisi mantra
2
|
Nabi
|
Muhammad
|
Musa
|
Isa
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Status Nabi
|
manusia
|
Manusia
|
Tuhan
|
Tidak punya
nabi
|
Tidak punya
nabi
|
Pembawa Agama
|
Muhammad
|
Musa
|
Isa
|
Sidarta
gautama
|
Tidak ada
|
Penyebar
|
Sahabat-ulama
|
Rahib
|
Paulus-pendeta
|
Biksu
|
Pendeta
|
Sifat Agama
|
Universal
|
Eksklusif
|
Universal
|
Tidak
universal
|
Tidak
universal
|
Missi
|
Da’wah
|
Bukan missi
|
Missi
|
Bukan missi
|
Bukan missi
|
Perubahan dari asal
|
Tidak berubah
|
Berubah
|
Berubah
|
Berubah
|
Berubah
|
Agama-agama dipandang dari segi sejarahnya.
2.Analisis
lintas budaya
Analisis
lintas budaya bisa diartikan dengan ilmu antropologi, karena dilihat dari
definisi antropologi sendiri secara sederhana dapat dikatakan bahwa antripologi
mengkaji kebudayaan manusia.
Islam sebagai
agama yang dibawa oleh Muhammad saw sampai saatnya kini telah melalui berbagai
dimensi budaya dan adat-istiadat. Masing-masing negeri memiliki corak budayanya
masing-masing dalam mengekspresikan agamanya. Karena itu dari segi antropologi
kita dapat memilah-milah mana bagian islam yang merupakan ajaran murni dan mana
ajaran islam yang bercorak lokal budaya setempat.
a.Eksperimen
Penelitian yang menggunakan eksperimen
agak sulit dilakukan dalam penelitian agama. Namun, dalam beberapa hal,eksperimen
dapat dilakukan dalam penelitian agama, misalnya untuk mengevaluasi perbedaan
hasil belajar dari beberapa model pendidikan agama.
b.Observasi
partisipatif
Dengan partisipasi dalam kelompok,
peneliti dapat mengobservasi perilaku orang-orang dalam konteks relegius. Baik
diketahui atau tidak oleh orang yang sedang diobeservasi. Dan diantara
kelebihannya yaitu memungkinkannya pengamatan simbolik antar anggota kelompok
secara mendalam. Adapun kelemahannya yaitu terbatasnya data pada kemampuan observer.
3.Riset
survei dan analisis statistik
Penelitian
survei dilakukan dengan penyusunan kuesioner, interview dengan sampel dari
suatu populasi. Sampel bisa berupa organisasi keagamaan atau penduduk suatu
kota atau desa. Prosedur penelitian ini dinilai sangat berguna untuk
memperlihatkan korelasi dari karakteristik keagamaan tertentu dengan sikap
sosial atau atribut keagamaan tertentu.
a.Analisis
isi
Dengan metode
ini, peneliti mencoba mencari keterangan dari tema-tema agama, baik berupa
tulisan, buku-bukukhotbah, doktrin maupun deklarasi teks, dan lainnya.
Umpamanya sikap kelompok keagamaan dianalisis dari substansi ajaran
kelompok tersebut
Dari model-model penelitian keagamaan diatas muncul pertanyaan bagi kita
semua, apakah dari model-model penelitian keagamaan diatas bisa bermanfaat bagi
agama islam? Atau justru dapat mengkaburkan agama islam itu sendiri? Sebuah
pertanyaan yang patut kita renungkan bersama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar